Di tengah kekayaan budaya Nusantara, Suku Dayak di Pulau Kalimantan memiliki warisan tak benda yang memukau, salah satunya adalah Katambung. Alat musik pukul sejenis gendang ini bukan sekadar instrumen pengiring musik, melainkan sebuah artefak sakral yang memiliki peran fundamental dalam upacara adat dan keagamaan. Keberadaannya tak terpisahkan dari denyut kehidupan spiritual masyarakat Dayak, khususnya Suku Dayak Ngaju di Kalimantan Tengah, yang diyakini telah berkembang sejak sebelum abad ke-10 Masehi.
Katambung memiliki bentuk yang unik, seringkali menyerupai labu air atau labu siam. Secara tradisional, instrumen ini terbuat dari batang kayu ulin yang dilubangi sebagai ruang resonansi. Bagian atasnya ditutup dengan membran yang terbuat dari kulit hewan seperti kijang, biawak, atau kulit mangkas, yang dikencangkan dengan jangat rotan dan pasak kayu ulin. Keunikan lain dari Katambung adalah cara memainkannya; meskipun mirip gendang, Katambung umumnya ditabuh dengan jari tangan kanan, sementara tangan kiri memegang badannya. Terkadang, ia juga diletakkan di atas pelimping dengan jari-jari menjuntai ke bawah kulit membran.
Fungsi utama Katambung terletak pada perannya dalam ritual. Alat musik ini sering dimainkan oleh para basir (pemimpin adat atau ulama Hindu Kaharingan) untuk mengiringi syair-syair sakral yang dilantunkan dalam bahasa Sangiang. Dalam berbagai upacara adat, seperti gawi belom (upacara kehidupan) dan gawi matey (upacara kematian), suara Katambung menjadi medium penghubung antara dunia manusia dan alam spiritual. Misalnya, pada upacara Tiwah (upacara pengangkatan tulang belulang), balian ngarahang tulang, dan balian tantulak (penguburan), tabuhan Katambung memiliki makna yang mendalam, mengiringi prosesi dan doa-doa untuk para leluhur.
Keberadaan Katambung lebih dari sekadar alat musik; ia adalah penjaga tradisi, pengiring doa, dan simbol kekayaan spiritual Suku Dayak. Melalui tabuhannya, masyarakat Dayak menjaga warisan budaya dan spiritual mereka, memastikan bahwa nilai-nilai luhur dan kepercayaan nenek moyang tetap hidup dan lestari dalam setiap generasi Fungsi utama Katambung terletak pada perannya dalam ritual. Alat musik ini sering dimainkan oleh para basir (pemimpin adat atau ulama Hindu Kaharingan) untuk mengiringi syair-syair sakral yang dilantunkan dalam bahasa Sangiang. Dalam berbagai upacara adat.