Hari: 18 April 2025

Asal-usul Sebutan Borneo untuk Kalimantan

Asal-usul Sebutan Borneo untuk Kalimantan

Pulau terbesar ketiga di dunia ini memiliki dua nama yang dikenal luas: Kalimantan (di Indonesia) dan Borneo (di dunia internasional). Namun, tahukah Anda dari mana asal-usul sebutan ‘Borneo’ yang mendunia itu? Mari kita telusuri jejak sejarah nama yang melekat pada pulau yang kaya akan sumber daya alam dan keindahan alam ini.

Menurut berbagai catatan sejarah dan linguistik, nama ‘Borneo’ diperkirakan muncul dari interaksi bangsa Eropa dengan penduduk dan wilayah pulau ini pada masa lampau. Terdapat beberapa teori menarik yang mencoba menjelaskan evolusi nama yang kini mendunia tersebut:

1. Pengaruh Kesultanan Brunei:

Teori yang paling banyak diterima mengaitkan nama ‘Borneo’ dengan Kesultanan Brunei Darussalam. Pada masa kejayaannya, Brunei memiliki pengaruh yang signifikan di wilayah pesisir utara pulau ini. Ketika para penjelajah dan pedagang Eropa pertama kali tiba, mereka kemungkinan besar berinteraksi intens dengan pihak Brunei. Akibatnya, mereka mengasosiasikan seluruh pulau dengan nama kesultanan yang dominan tersebut. Pelafalan ‘Brunei’ oleh lidah Eropa diperkirakan mengalami distorsi dan akhirnya menjadi ‘Borneo’.

2. Interpretasi dari Bahasa Lokal:

Teori lain menyebutkan bahwa ‘Borneo’ mungkin berasal dari interpretasi bangsa Eropa terhadap nama atau istilah lokal yang digunakan oleh penduduk asli untuk menyebut pulau atau sebagian wilayahnya. Meskipun tidak ada konsensus pasti mengenai kata spesifik tersebut, variasi dialek dan pengucapan antar kelompok etnis di Kalimantan bisa menjadi penyebab munculnya nama ‘Borneo’ di catatan Eropa.

3. Kesalahan Kartografi dan Catatan Pelaut:

Kemungkinan lain yang tidak bisa diabaikan adalah faktor kesalahan dalam pembuatan peta dan catatan para pelaut. Informasi yang diperoleh bangsa Eropa seringkali berasal dari sumber kedua atau ketiga, yang rentan terhadap miskomunikasi dan kesalahan interpretasi. Nama lokal atau nama wilayah tertentu bisa saja tercatat atau tergambar secara keliru dalam peta-peta awal, dan kesalahan ini kemudian direproduksi dan menjadi standar.

Perbedaan Penggunaan Nama:

Hingga kini, perbedaan penggunaan nama ‘Kalimantan’ dan ‘Borneo’ masih bertahan. ‘Kalimantan’ secara resmi digunakan di Indonesia untuk merujuk pada seluruh wilayah pulau yang termasuk dalam kedaulatan Republik Indonesia.

Tragedi di Hutan Kalsel: Pemburu Tewas Terlilit Piton Raksasa 4 Meter

Tragedi di Hutan Kalsel: Pemburu Tewas Terlilit Piton Raksasa 4 Meter

Kabar duka datang dari Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, di mana seorang pemburu hutan ditemukan pemburu tewas setelah diduga kuat terlilit oleh seekor ular piton berukuran besar. Peristiwa tragis pemburu tewas ini terjadi di kawasan hutan Desa Sungai Bakar pada Jumat sore, 18 April 2025, sekitar pukul 16.30 WITA. Korban yang diketahui bernama Jumadi (42 tahun) ditemukan oleh rekan-rekannya dalam kondisi mengenaskan setelah sebelumnya berpisah saat melakukan perburuan di dalam hutan.

Informasi yang dihimpun dari rekan korban menyebutkan bahwa Jumadi bersama beberapa rekannya masuk ke hutan untuk berburu binatang buruan. Namun, saat menjelajah di area yang berbeda, mereka kehilangan kontak dengan Jumadi. Setelah beberapa jam mencari, rekan-rekan korban akhirnya menemukan Jumadi dalam keadaan pemburu tewas terlilit oleh seekor ular piton dengan panjang diperkirakan mencapai empat meter. Diduga kuat, korban tidak menyadari keberadaan ular tersebut hingga akhirnya diserang dan dililit hingga tidak bisa bernapas.

Warga dan rekan-rekan korban kemudian berupaya mengevakuasi jasad pemburu tewas tersebut dari lilitan ular piton yang masih berada di sekitar lokasi. Proses evakuasi berlangsung cukup sulit mengingat ukuran ular yang sangat besar. Setelah berhasil dievakuasi, jenazah Jumadi kemudian dibawa ke rumah duka untuk disemayamkan. Pihak kepolisian Sektor Pelaihari yang menerima laporan mengenai kejadian ini telah mendatangi lokasi untuk melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan mengumpulkan keterangan dari para saksi.

Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Pelaihari, IPTU Dwi Agus Setyawan, saat dikonfirmasi mengenai kejadian ini pada Sabtu pagi, 19 April 2025, membenarkan adanya seorang pemburu tewas akibat terlilit ular piton di wilayah hukumnya. “Kami telah menerima laporan dan melakukan penyelidikan di lokasi kejadian. Berdasarkan keterangan saksi dan kondisi korban, dugaan kuat korban meninggal dunia akibat lilitan ular piton berukuran besar. Kami mengimbau kepada masyarakat, terutama yang beraktivitas di dalam hutan, untuk selalu berhati-hati dan waspada terhadap keberadaan hewan liar,” ujarnya. Peristiwa tragis pemburu tewas ini menjadi pengingat akan bahaya yang mungkin dihadapi saat berburu di alam liar.

Kabar Menghebohkan: Bayi di Samarinda Dinyatakan Positif Narkoba, Polisi Turun Tangan

Kabar Menghebohkan: Bayi di Samarinda Dinyatakan Positif Narkoba, Polisi Turun Tangan

Sebuah kasus mengejutkan terjadi di Samarinda, di mana seorang bayi berusia tiga tahun dinyatakan positif mengonsumsi narkoba jenis metamfetamin. Peristiwa ini menggemparkan masyarakat dan memicu keprihatinan mendalam tentang perlindungan anak dan bahaya penyalahgunaan narkoba.

Awalnya, keluarga bayi tersebut mengira anaknya mengalami kesurupan karena menunjukkan gejala-gejala tidak biasa seperti halusinasi, sulit tidur selama berhari-hari, dan kehilangan nafsu makan. Namun, setelah pemeriksaan medis, fakta pahit terungkap bahwa bayi malang itu terpapar metamfetamin.

Kronologi Kejadian yang Memprihatinkan

Menurut laporan, kejadian bermula ketika ibu bayi tersebut bertandang ke rumah seorang tetangga. Sang bayi yang ikut serta kemudian meminta minum. Tetangga tersebut tanpa disadari atau dengan maksud tertentu memberikan air dari botol bekas yang ternyata pernah digunakan untuk mengonsumsi sabu-sabu. Akibatnya, bayi tersebut mengalami dampak serius dari paparan zat berbahaya itu.

Kondisi Terkini dan Upaya Pemulihan

Setelah menjalani perawatan intensif di rumah sakit, kondisi bayi tersebut dilaporkan mulai membaik. Ia kini tengah menjalani rehabilitasi di Balai Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Tanah Merah Samarinda bersama ibunya. Proses rehabilitasi ini bertujuan untuk memulihkan kondisi fisik dan psikologis keduanya.

Tanggapan dan Langkah Hukum

Kasus ini mendapat perhatian serius dari berbagai pihak. Pihak kepolisian telah mengamankan tetangga yang diduga memberikan minuman terkontaminasi narkoba kepada bayi tersebut. Pelaku terancam hukuman berlapis sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anak dan Undang-Undang Narkotika.

Implikasi dan Kewaspadaan

Peristiwa tragis ini menjadi pengingat keras akan bahaya kelalaian dan potensi kejahatan narkoba yang dapat menyasar siapa saja, termasuk anak-anak yang paling rentan. Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan memastikan keamanan lingkungan sekitar, terutama bagi anak-anak. Pengawasan ketat terhadap anak dan pemahaman akan bahaya narkoba menjadi kunci untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.

Kasus bayi positif narkoba di Samarinda ini adalah tragedi yang tidak seharusnya terjadi. Semoga proses hukum berjalan dengan adil dan bayi tersebut dapat segera pulih sepenuhnya serta mendapatkan perlindungan yang layak di masa depan. Peristiwa ini juga menjadi pelajaran penting bagi kita semua untuk lebih peduli dan waspada terhadap lingkungan sekitar demi keselamatan generasi penerus bangsa.

Cerita Rakyat Kalimantan Timur Legendaris Pesut Mahakam

Cerita Rakyat Kalimantan Timur Legendaris Pesut Mahakam

Kalimantan Timur menyimpan kekayaan budaya yang tak ternilai harganya, salah satunya adalah cerita rakyat legendaris tentang Pesut Mahakam. Kisah ini bukan hanya menjadi hiburan turun-temurun, tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur tentang persahabatan, kesetiaan, dan harmoni antara manusia dan alam.

Konon, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang putri cantik jelita bernama Putri Junjung Buih. Kecantikannya tersohor hingga ke pelosok negeri. Suatu hari, sang putri menghilang secara misterius di Sungai Mahakam. Rakyat dan keluarga kerajaan panik mencari, namun jejaknya tak kunjung ditemukan.

Dalam kesedihan yang mendalam, seorang pemuda gagah berani bernama Awang Long memiliki mimpi aneh. Dalam mimpinya, ia melihat seorang wanita cantik berenang anggun di Sungai Mahakam, berubah menjadi seekor mamalia air yang lincah dan cerdas. Makhluk itu memiliki bentuk yang unik, tidak seperti ikan pada umumnya.

Awang Long kemudian menceritakan mimpinya kepada para tetua desa. Mereka percaya bahwa wanita dalam mimpi Awang Long adalah Putri Junjung Buih yang telah menjelma menjadi Pesut Mahakam. Sejak saat itu, masyarakat setempat percaya bahwa Pesut Mahakam adalah jelmaan sang putri yang menjaga Sungai Mahakam.

Legenda ini kemudian melahirkan kepercayaan dan rasa hormat masyarakat terhadap Pesut Mahakam. Mereka menganggap pesut sebagai hewan suci yang tidak boleh diganggu. Bahkan, muncul tradisi dan kearifan lokal untuk menjaga kelestarian sungai dan habitat pesut.

Kisah Pesut Mahakam juga mengajarkan tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam. Sungai Mahakam yang menjadi rumah bagi pesut adalah sumber kehidupan bagi masyarakat Kalimantan Timur. Kerusakan sungai berarti ancaman bagi populasi pesut dan juga bagi kehidupan manusia.

Sayangnya, populasi Pesut Mahakam kini semakin terancam punah akibat aktivitas manusia seperti polusi, penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan, dan hilangnya habitat. Kisah legendaris ini menjadi pengingat yang kuat akan pentingnya upaya konservasi untuk melindungi mamalia air langka ini agar tidak hanya menjadi cerita di masa lalu.

Melalui cerita rakyat Pesut Mahakam, generasi muda Kalimantan Timur diajak untuk mencintai dan melestarikan alam serta menghargai warisan budaya leluhur.